Pages

Thursday

Ikan Mas

Dongeng Anak Indonesia - Liburan kali ini Wiwit tak pergi ke mana-mana. Ayah Wiwit sudah lama wafat dan ibunya bekerja sebagai tukang cuci di rumah tetangga mereka yang kaya raya, Bu Subangun.

Karena ingin meringankan beban ibunya, Wiwit lalu ikut ibunya ke rumah Bu Subangun, mau membantu ibu mencuci baju di sana. Ibu merasa terharu, liburan begini Wiwit tak bisa bersenang-senang malahan ikut bekerja dengannya, tapi Wiwit bilang ia gembira jika bisa membantu ibunya.

Sampai di rumah Bu Subangun, Wiwit lalu sibuk mencuci sementara ibu menyetrika. Bu Subangun punya seorang anak laki-laki sebaya Wiwit, Beno namanya. Beno sangat nakal dan usil. Hari itu Beno jengkel karena keinginannya pergi ke pantai ditolak ayah dan ibunya. Bu Subangun hari itu ada undangan penting jadi tak bisa mengantar Beno ke pantai. Karena jengkel Beno lalu menendang mangkok aquarium kecil berisi tujuh ekor ikan maskoki hingga pecah.

Mendengar suara pecah, Wiwit lari mendatangi, ia segera menolong ikan mas koki yang menggelepar di lantai, memasukkannya ke dalam gayung. Ketika Bu Subangun muncul dan marah-marah, Beno berusaha menyalahkan orang lain. Ia lalu menunjuk Wiwit yang sedang menyelamatkan ikan-ikan mas koki dari lantai ke dalam gayung yang dibawanya. Beno bilang, Wiwitlah yang kesandung dan memecahkan mangkok ikan. Sia-sia Wiwit berusaha membela diri, ibunya yang hendak membela Wiwit malah diancam akan dipecat. Akhirnya Wiwit merelakan dirinya kena hukum oleh Bu Subangun.

Wiwit dihukum menyapu halaman rumah Bu Subangun yang luas. Beno yang nakal lalu mengajak kawan-kawannya yang juga nakal, Oki dan Loli, untuk mengerjai Wiwit yang sedang sibuk menyapu. Setiap kali daun-daun kering yang disapu Wiwit sudah terkumpul, tiga anak nakal itu muncul untuk mengacak-acaknya. Wiwit nampak sangat lelah tapi tak berdaya.

Melihat Wiwit tidak juga menangis, Beno punya akal yang lebih jahat, ia lalu ke ruang cuci dan mengambil gayung berisi ikan mas koki yang tadi diselamatkan Wiwit. Dengan jahat, Beno lalu membawa gayung berisi ikan emas itu lalu membuangnya ke tumpukan daun yang habis disapu oleh Wiwit. Beno terbahak-bahak melihat ikan-ikan itu menggelepar-gelepar. Wiwit kaget dan berusaha mencegah tapi ia tak berdaya. Air mata Wiwit menetes melihat ikan-ikan itu hampir mati, Beno dan kawan-kawannya terbahak-bahak melihat Wiwit akhirnya menangis dan mereka meninggalkan tempat itu.

Dengan susah payah Wiwit berusaha menyelamatkan ikan-ikan tadi, ia mencari mereka di antara dedaunan. Sayang, salah satu ikan kecil tadi nampaknya sudah telanjur mati, ia tak bergerak ketika berhasil ditemukan Wiwit. Air mata Wiwit menetes, jatuh ke tubuh ikan tersebut. Ajaib, seketika itu ada cahaya putih menyilaukan dan ikan itu kembali bergerak. Lebih ajaib lagi, sinar putih tadi memancar ke langit, dan berubah menjadi petir yang segera bersabung di atas awan lalu sedetik kemudian hujan pun turun ke bumi. Tetes-tetes air itu segera membasahi ikan-ikan yang nyaris mati itu. Mereka pun selamat semuanya.

Dengan gembira Wiwit mencarikan tempat buat ikannya, ia lalu melihat sebuah botol air mineral yang masih sedikit terisi di antara tumpukan sampah. Wiwit memasukkan ikan-ikan itu ke dalamnya. Ikan-ikan itu bergerak kembali, berenang dengan lincah. Wiwit sangat gembira. Ia lalu menyembunyikan botol air mineral itu di bawah semak. Ia berbisik pada ikan-ikan itu bahwa nanti ia akan membawa pulang ikan-ikan itu.

Siang harinya ibu selesai menyetrika dan mengajak Wiwit pulang. Wiwit tak lupa mengambil botol air mineral yang ia sembunyikan tadi. Untunglah Beno dan kawan-kawan sedang asyik rebutan kue dan makan dengan rakusnya sehingga tak memergoki Wiwit membawa pulang ikan tadi.

Sampai di rumah Wiwit lalu menyimpan ikan-ikan itu ke toples besar yang kosong. Ibu mengijinkan Wiwit memakai toples kaca itu dengan senyum kecut. Kata ibu, daripada stoples itu kosong tak ada kue yang menjadi isinya, lebih baik dimanfaatkan menjadi tempat ikan. Wiwit membesarkan semangat ibunya, ia bilang kalau ia besar nanti ia akan bekerja keras sehingga di rumah mereka tak akan kekurangan kue-kue dan makanan untuk ibu dan adik-adiknya. Ibu tersenyum dan membelai Wiwit, ibu mendoakan Wiwit kelak hidup bahagia.

Malam sudah muncul tapi adik Wiwit yang paling kecil tak mau tidur, ia terus merengek karena lapar. Ibu menjadi sedih ia memang masih punya sedikit beras yang cukup untuk dibuatkan bubur untuk mereka semua tapi minyak tanah di kompor tuanya itu sudah habis dan ibu tak punya uang lagi untuk membelinya. Kompor gas pemberian pak RT sudah lama dijual ibu untuk membayar sekolah Wiwit. Ibu juga tak bisa menyuruh Wiwit mencari kayu bakar untuk memasak karena selain sudah malam, juga turun hujan lebat di luar sana.

Tanpa sepengetahuan Wiwit sekeluarga, salah seekor ikan itu mengeluarkan kilau warna kemerahan yang cemerlang. Kilau merah itu memancar lurus ke arah kompor. Ajaib, seketika itu api kompor bisa menyala. Wiwit kaget mendengar suara api yang mendesis. Melihat kompornya menyala, ibu kaget sekaligus senang, ia buru-buru membuatkan bubur untuk adik Wiwit. Alangkah senangnya Wiwit sekeluarga, mereka kini bisa tidur dengan perut kenyang.

Sebelum tidur, Wiwit memberi makan ikannya dengan beberapa butir nasi yang masih tersisa di bakul tadi siang. Wiwit minta maaf karena tak punya uang untuk membelikan makanan ikan yang dijual di toko. Ketika Wiwit sudah tidur, salah seekor ikan itu lalu memancarkan kilau keemasan yang gemerlapan.

Pagi harinya, Wiwit kaget melihat stoples yang berkilau-kilau menyilaukan matanya. Ketika didekati, ternyata di dasar stoples itu penuh dengan telur ikan kecil yang gemerlap keemasan berkilauan. Wiwit berseru-seru memanggil ibunya. Alangkah kagetnya ibu melihat isi toples itu, di antara tujuh ikan emas yang dibawa Wiwit, ada banyak ikan kecil dari emas, tak bergerak di dasar stoples. Wiwit dan ibunya terpana, menatap bengong ke arah ikan-ikan kecil yang terbuat dari emas di dasar stoples.

Tiba-tiba pintu rumah diketuk dengan kasar. Seorang tetangga datang untuk menagih utang. Tetangga itu menghina ibunya Wiwit karena tak juga bisa membayar hutang. Ibunya Wiwit lalu bertanya dengan sopan, apakah tetangga itu mau menerima emas sebagai bayaran. Tetangga itu tertawa, ia tak percaya ibunya Wiwit punya emas. Ibunya Wiwit lalu mengambil ikan kecil di dasar stoples yang terbuat dari emas. Tetangga itu masih menghina, menganggap ikan itu pasti dari kuningan dan bukan emas. Ia lalu menggigitnya utk membuktikan bahwa itu bukan dari emas. Wiwit dan ibunya nampak tegang. Tapi alangkah kagetnya tetangga itu mengetahui bahwa ikan kecil itu memang terbuat dari emas murni.

Ibu lalu mengambil ikan kecil dari dasar stoples. Ibu lalu menjual ikan-ikanan dari emas itu ke pasar dan pulang dengan uang yang banyak. Malamnya Wiwit berdoa bersama ibu dan adik-adiknya mereka mensyukuri rejeki yang diterima hari ini. Wiwit lalu kembali memberi makan pada ikan-ikannya, kali ini ia sudah memberi makan dengan makanan ikan yang dijual di toko, tidak lagi berupa nasi seperti sebelumnya. Stoples tempat ikan juga sudah berubah jadi aquarium yang rapi. Setelah memberi makan ikannya, Wiwit lalu pergi tidur. Keajaiban kembali terjadi, kali ini sinar kekuningan yang muncul dari salah seekor ikan itu.

Di halaman rumah Wiwit malam itu mengendap-endap sepasang pencuri. Mereka kasak-kusuk, meyakinkan diri bahwa rumah itu layak mereka sambangi karena pemilik rumah itu baru saja menjual emas ke pasar dalam jumlah besar. Kedua pencuri tertawa gembira lalu bergegas mencongkel jendela dan masuk ke rumah Wiwit. Dua pencuri itu tak menyadari adanya sinar kuning yang menyala dari tubuh salah satu ikan di aquarium, sinar itu lalu memancar keluar melalui jendela dan memantul ke tiang lampu di pinggir jalan. Sinar kuning itu membuat lampu jalan itu bersinar luar biasa terang sehingga sangat menyilaukan.

Bapak-bapak yang sedang main kartu di pos ronda terkena kilau lampu yang menyilauan itu, mereka menoleh dan kaget melihat kilau itu di kejauhan. Bapak-bapak itu khawatir lampu itu korslet dan mereka pun bergegas lari, mau membangunkan pemilik rumah agar tak sampai terjadi kebakaran. Lampu jalan itu ternyata berada di halaman rumah Wiwit. Para bapak dari pos ronda datang dengan suara berisik, membawa kentongan pula, berusaha membangunkan Wiwit sekeluarga. Dua maling yang sedang beraksi kaget mendengar suara berisik itu, mereka bergegas kabur secepat mungkin. Tapi alangkah kagetnya mereka di halaman mereka bertemu dengan para bapak dari posronda. Seketika itu dengan mudah dua maling itu ditangkap warga. Ajaib, lampu di pinggir jalan yang tadi menyala super terang kini sudah kembali jadi lampu biasa, tak ada korsleting dan tak ada kebakaran. Wiwit sekeluarga lega, dua maling itu tak sempat mengambil apa-apa dari rumah mereka.

Kabar mengenai ikan emas berlian itu segera menyebar ke segenap penjuru desa. Bu Subangun kaget mengetahui kabar itu. Beno juga langsung merasa iri. Apalagi waktu Bu Subangun tahu ikan-ikan ajaib itu adalah ikan yang dibuang Beno, maka Bu Subangun bergegas ke rumah Wiwit.

Bu Subangun kaget melihat rumah Wiwit sekarang sudah berubah bagus. Wiwit sekeluarga juga sudah berkecukupan dari hasil penjualan ikan emas berlian itu. Bu Subangun yang datang bersama Beno lalu marah-marah, menuduh Wiwit mencuri ikan-ikan maskoki itu dari rumahnya. Dengan berat hati, Wiwit lalu terpaksa mengembalikan ikan-ikan maskoki itu pada Beno.

Bu Subangun sangat gembira. Ia tak sabar punya ikan emas berlian. Beno sudah berkhayal akan menggunakan ikan-ikan emas berlian itu untuk membeli seluruh permen dan coklat yang dijual di seluruh dunia. Bu Subangun malah sudah lebih dahulu memborong baju-baju super mahal karena besok pagi ia akan jadi super jutawan. Mereka lalu tidur mendengkur, tak menyadari sinar hitam memancar dari salah seekor ikan-ikan itu.

Pagi hari, dengan tak sabar, Beno dan Bu Subangun memeriksa aquarium. Tapi tak ada anak-anak ikan yang terbuat dari emas dan berlian. Mereka hanya menemukan banyak sekali garis-garis lengkung hitam kecil seperti cacing. Beno mengambil satu lengkungan itu dan menjerit ketika tahu itu adalah kotoran ikan. Bu Subangun jadi marah besar, dan kembali mendatangi rumah Wiwit sambil membawa ikan-ikan itu.

Wiwit dan ibunya kaget dituduh menipu oleh Bu Subangun dan Beno. Wiwit lalu bertanya ikan-ikan itu diberi makan apa kemarin sehingga mengeluarkan banyak kotoran. Bu Subangun semakin marah karena ia dan Beno tidak memberi makan apa-apa pada ikan-ikan itu. Wiwit dan ibunya kaget, mereka iba ikan itu belum diberi makan. Dengan penuh kasih sayang, Wiwit lalu memberi ikan itu makanan. Tapi Bu Subangun tetap marah dan bilang ia tak mau ditipu lagi oleh Wiwit dan ibunya. Bu Subangun tetap menuduh bahwa Wiwit menyembunyikan ikan ajaibnya dan memberikan padanya ikan yang bukan ikan ajaib. Maka malam itu Bu Subangun dan Beno memutuskan tinggal di rumah Wiwit untuk membuktikan bahwa ikan-ikan itu adalah betul ikan ajaib.

Mereka semua tidur di lantai beralas karpet di ruang tamu rumah Wiwit yang sekarang sudah berubah bagus itu. Bu Subangun dan Beno mengorok, mereka tak melihat ada kilau sinar perak yang berpendar dari salah seekor ikan itu.

Ketika pagi datang, Bu Subangun kaget melihat aquarium sudah penuh dengan telur ikan berwarna perak yang berkilauan. Bu Subangun buru-buru membangunkan Beno. Mereka melirik dan melihat Wiwit sedang sholat subuh dengan ibunya di kamar. Bu Subangun tak mau pamit, ia langsung saja membawa aquarium berisi ikan ajaib dan telur perak itu bersama Beno, pulang ke rumah.

Bu Subangun dan Beno senang sekali, mereka mengambili permata biru itu dari aquarium lalu memberi makan ikan-ikan itu dengan jumlah sangat banyak. Bu Subangun bilang kalau diberi makan yang banyak, maka ikan-ikan itu pasti akan memberikan ikan emas berlian yang juga banyak. Beno dan Bu Subangun tak sabar menunggu malam tiba. Ikan-ikan itu nampaknya stres di rumah bu Subangun, mereka berenang dengan sangat cepat dan saling tabrakan satu sama lain. Air aquarium jadi keruh dan kecoklatan. Aneh, air coklat keruh itu juga menampakkan kilau yang menyilaukan.

Esok paginya, Beno dan Bu Subangun kaget sekali melihat aquarium itu airnya jadi keruh dan sangat kotor. Bu Subangun dan Beno geram dan marah-marah, apalagi tak ada lagi telur emas atau perak, maupun intan berlian di dalam aquarium. Padahal telur perak kemarin sudah habis dipakai foya-foya pula. Bu Subangun memaki-maki ikan-ikan itu sebagai makhluk tak berguna. Beno kumat sikap jahatnya, ia lalu membuang aquarium itu ke luar jendela. Beno terbahak-bahak melihat ikan-ikan emas itu menggelepar-gelepar di tanah. Tapi tiba-tiba dari salah seekor ikan itu muncul sinar coklat kemilau dan alangkah kagetnya Beno melihat ada seekor buaya besar yang merayap, hendak mendekatinya. Bu Subangun dan Beno yang lari tunggang langgang dikejar buaya.




Sumber : MNCTV.COM
 

Copyright © Dongeng Anak Indonesia. Template created by Volverene from Templates Block
lasik surgery new york and cpa website solutions
WP theme by WP Themes Expert